Senin, 10 Desember 2012

Ubah Konsep Bahasa Indonesia yang Kacau!

Apa yang kamu rasakan setelah belajar bahasa Indonesia di sekolah?
Setelah lulus SD?
Setelah lulus SMP?
Setelah lulus SMA?




Kadang kemampuan lisan dalam berbahasa indonesia masih belum benar. Disamping belum lancar dalam mengungkapkan ide, juga masih banyak yang memakai bahasa gaul kalau ngomong sama orang dewasa bahkan di forum-forum resmi. Misal menggunakan kata "pakai" / "makek" ketimbang "memakai", "emang" ketimbang "memang", "gak" ketimbang "tidak", dan masih banyak lagi. Iya kalo blog gue gak masalah makek bahasa semaunya.

Dalam menulis pun masih juga belum bisa baik. Hanya segelintir teman-teman yang bisa menulis cerpen dengan sangat elegan dan enak dibaca. Hem... Seharusnya pada waktu SMA, sudah banyak yang bisa menulis cerpen bahkan novel atau jadi jurnalis.

Begitu juga kemampuan membaca cepat. Belum ada guru-guru di sekolah ku yang memberikan tips dan trik membaca cepat misalnya seperti di buku "SUCCESS READER" yang ditulis oleh Pak Agus Setiawan.

Ada apa ini? Adakah yang salah?
Ya, mungkin ada yang salah pada kurikulum di Indonesia ini. Secara sekolah-sekolah saat ini hanya mengejar nilai Ujian Nasional yang tinggi, bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya. Yang tinggi yang menang, yang tinggi menjadi favorit, yang tinggi yang bagus! Ujian Nasional seakan-akan menjadi momok bagi generasi muda saat ini.

Lihat saja? mungkin konsep ujian ini berhasil. Tapi... semua orang sudah tau, tidak ada yang percaya dengan yang namanya nilai ujian nasional! Ujian nasional tidak murni seratus persen! Ada yang contek-contekan, ada yang "ngrepek", ada yang dibimbing oleh pengawasnya, bahkan paling buruk lagi : wali kelas memberikan strategi dan skenario contek-contekan. Itu terjadi pada kehidupan gue. Dulu pernah kami di skenariokan yang ini nyontek ke sini, yang ini nyontek ke sini, ujung-ujungnya nyontek ke yang lebih pinter. Ini skenario berantai yang pernah aku jalani. Asik tapi mendebarkan.

Aku merasakan kejanggalan dan kesia-siaan ini setelah mengikuti kursus IELTS (International English Language Testing System. Di kursus ini, kami dibimbing cara untuk menulis, membaca, mendengar dan berbicara. Keempat aspek inilah yang terus-menerus diajarkan sampai kami bisa.

Untuk aspek menulis misalnya, kita diajarkan cara menulis analisis grafik atau tabel dan juga cara menulis bahan pendapat maupun diskusi, setuju atau tidak setuju, benar atau tidak beserta alasan dan contoh-contohnya. Menulis pun diberi tau struktur penulisannya seperti apa. Di mulai dari pendahuluan, kemudian dilanjutkan uraian pendapat dan alasan pertama, lalu ditambahkan beberapa contoh. Lalu pendapat kedua, dan seterusnya hingga kesimpulan. Yang kami dapat bukan hanya skill menulis, tapi juga skill menganalisis!

Ketika mendapat materi membaca. Kami diberikan tips dan trik cara membaca cepat (skimming) untuk memahami ide apa yang dibahas dalam sebuah paragraf atau artikel, bagaimana cara memahami dan memparafarasekan dengan kalimat lain dan sebagainya.

Begitu pula pada materi mendengar. Ya, kami dilatih mendengarkan percakapan dalam bahasa inggris, memaknai dengan cepat apa yang sedang dibicarakan dan melatih mendengarkan dengan seksama. Pun dalam berbicara, kami dilatih mengungkapkan ide dan ngomong dengan ekspresi yang tidak datar, ekspresi yang gembira kalau senang, ekspresi yang sedih kalau sedih, dan sebagainya.

Begitulah belajar bahasa inggris, kita diajarkan cara berkomunikasi, mendengar, membaca, menulis, dengan benar dan efektif. Tesnya pun juga punya satandardisasi sendiri seperti tes IELTS dan tes TOEFL yang berlaku di seluruh dunia. Kita diukur dengan score yang mencerminkan level kita dalam bahasa inggris. Dan dijamin! Gak bakal ada yang contek-contekan.

Bagaimana dengan di Indonesia? Ya... Orientasinya saja salah. Kebanyakan siswa belajar bahasa Indonesia cuma buat keperluan ujian nasional. Dan tau sendiri ujian nasional itu seperti apa. Nilai tinggi bukan berarti kemampuan menulis dan berbahasa juga tinggi. Nilai tinggi mungkin karena dia jago belanja, maksudnya belanja jawaban dari temen-temen lain alias mencontek. hehehe

Ingat dulu sewaktu kita belajar bahasa inggris di sekolah. Kita diajarkan cara menyapa orang lain "hai..", lalu menanyakan kabar dan cara menutup pembicaraan. Saat berkenalan pun tidak lupa ditutup dengan kata "nice to meet you..." Ini benar-benar diajarkan dan dipraktekkan.

Aku pun tidak merasa pernah diajarin seperti itu di sekolah. Apalagi cara menulis dengan struktur yang benar dan enak dibaca. Entah mungkin pernah, tapi sudah lupa. Yang aku ingat, ya itu diajari sama ibuku sendiri. Kalau pelajaran di sekolah, kami dijejali dengan setumpuk materi yang kadang membosankan. Belum lagi di marahi kalau gak ngerjakan PR. hahaha. Ah, pokoknya tidak menyenangkan deh.

Dulu aku berangan-angan, guru datang dengan melantunkan puisi sambil berkeliling gitu. Wah, asyik sepertinya kalau punya guru seperti ini dan menyenangkan pula.

Mau gimana lagi...
Kita harus mengikuti sistem yang KAKU!
Sistem yang sudah seharusnya diubah menjadi lebih manusiawi.
Lebih berorientasi pada kehidupan berbahasa yang sesungguhnya, ada menulis, membaca, mendengar dan berbicara.

Di Indonesia baru sedikit yang membuka laes berbicara, presentasi, dan sebagainya. Itu pun diperuntukkan bagi kalangan dewasa seperti para mahasiswa, para eksmud, bahkan yang udah berkepalam empat. Ya yang biasanya disebut training for trainee. Begitupun perkumpulan seperti English Club juga menyaingi dan lebih tenar dari pada klub-klub jurnalistik. Di sekolah ku tidak ada klub jurnalistik malah, tapi sebaliknya klub bahasa inggris yang selalu eksis.

Ayolah Pak Presiden dan Pak Menteri, ayo kita berubah!


Kita ubah konsep bahasa Indonesia seperti bahasa Inggris.
Tesnya pun juga begitu. Kita ubah seperti tes TOEFL atau IELTS. Kita standardisasikan! Tesnya bersertifikat, dan waktu tesnya pun tidak hanya sekali, mungkin bisa 1 tahun tiga periode. Sertifikatnya bisa untuk syarat melanjutkan sekolah atau melamar kerja. Kalau gagal tes pertama, bisa ikut tes berikutnya dan tidak ada batasnya sampai kemampuan berbahasa menjadi benar-benar mumpuni. :)

Let's change!
Demi pendidikan yang lebih baik!

Smangad! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar