Minggu, 12 Februari 2012

STOP, Menuju Era Pasar Hukum!

Sekarang perdagangan tidak lagi hanya kebutuhan sandang, pangan, papan. Hukum! sekarang marak diperdagangkan!


Jangan dulu berpikir koruptor atau para pejabat yg terjerat hukum, atau bos anda sendiri yang sering berdagang hukum dan akhirnya sering lolos dari jeratan sel. Itu sudah sering kita singgung, dirasani...

Ada perdagangan hukum kecil yg sebenarnya tanpa disadari, sering kita jumpai di masyarakat, sebagian besar saya yakin pernah dilakukan para pengendara motor. Hahaha... apa lagi yang saya maksud kalau tidak soal tilang menilang.



"Pagi Pak, STNK dan SIM?"
"Waduh Pak, STNK saya bawa.. tapi SIM tidak punya kan saya belum Menikah"
"Bapak jangan bercanda, nanti saya laporkan istri saya lho.." ckck
"Lho, istri bapak apa belum kawin?"
"Sudah, tapi...... Mana SIMnya! Surat Izin Mengemudi! bukan Menghamili!"
"Kan saya sudah bilang tadi, tuli nih orang!"
"Ya sudah, anda kami tilang!"
"Bisa titip sidang pak?"
"O.. tentu.. 150 ribu"
"Haaaah?? saya cuma bawa 20 ribu pak di dompet"
"Ya sudah, sidang saja!"
"35 deh Pak.." kata korban merayu.
"Lha katanya, cuma bawa 20 ribu?"
"kan saya bilang yang di dompet, masih ada 15ribu di Bra saya dan beberapa di CD saya, tambah bego nih POLigigidanguSi"
"Anda termasuk pelanggar berat, tidak punya SIM" kata PoliteknikSipil
"Pasnya deh Pak.. saya gak punya uang.. mau ke rumah sakit jenguk nenek saya.. keburu dia gugur Pak.."
"Ya sudah, 50 ribu pasnya"
"40ribu deh Pak.. nanti klo saya kehabisan bensin gimana?" rayu sang korban.
"Ya deh, mana buruan! gara2 anda saya jadi tidak bisa mengais rezeki dari pengendara lain.."

Begitu percakapan 2 insan yang berdagang hukum. Seperti layaknya pedagang kaki lima, ada pedagang dan ada pembeli.
Tapi perdagangan ini lebih mirip bisnis MLM, dimana pembeli dipancing untuk membeli kemudian dipaksa untuk membeli. hahaha...

Kalau tidak ada perubahan kesadaran oleh penegak hukum dan masyarakat, beberapa tahun kedepan, negeri ini akan menjadi pasar hukum lengkap beserta aparaturnya.
Ada pedagang, pembeli, makelar hukum, produsen hukum, konsumen hukum, grosir hukum, kasir hukum, mafia hukum, dll. Kalau ini berlanjut, segera hubungi dokter, eits.. maksudnya kalau berlanjut, dan mindset masyarakat dan penegaknya sudah menjadi pebisnis hukum, maka perdagangan ini lebih kejam dari perdagangan manusia, ganja, dll.

Ya begitulah kalo hukum bisa dibeli dan dijual. Jual beli hukum menjadi marak, bahkan sudah jadi mindset masyarakat kita.
Coba dulu sewaktu saya kena tilang, saya telpon orang terdekat saya, dia bilang "Kasih aja 30 ribu.." Nah, secara naluri, penduduk di negeri ini sudah tau bahwa mereka bisa membayar itu.. bisa membeli hukum. haha. Saya sendiri malah berpikir kok seperti itu ya sikap para penegak hukum di negeri ini? seperti (maaf karena katanya kritik adalah pembangun) pengemis, malah menurut saya (maaf karena katanya kritik adalah pembangun) seperti penjambret berseragam, atau seperti (sekali lagi maaf karena katanya kritik adalah pembangun) pemalak hukum.

Nah, ayolah negeri ini, berubah dikit-dikit..
Buat para pelanggar hukum, terutama korban tilang, janganlah membeli hukum dengan mudah.. Didiklah para penegak hukum kita agar tidak mudah disogok, setidaknya mendidik supaya hukum tidak diperjualbelikan seperti ini. Kemudian belajarlah untuk mengetahui sedikit2 hukum dan mekanismenya yang bersangkutan dengan kita. Seperti bagaimana hukum tilang dan mekanismenya, bagaimana hukum perkawinan, dagang, sekolah, dll.

Buat para penegak hukum yang dulu dibangga banggakan. (dulu....)  Terutama pak PoligigidanguSi bagian seksi sie tilang menilang
Ayo lah Pak.. Bu.. Galakkan penyuluhan hukum di masyarakat melalui sekolah sekolah, media massa, internet, dll. Berikanlah transparansi mekanismenya..
Seperti surat tilang misalnya, ada yang warna pink, ada yang warna biru, itu apa bedanya dan bagaimana mekanismenya.. kan beda itu..
Saat pengurusan mendapatkan SIM, alangkah baiknya dijelaskan hal-hal penting mengenai hal tersebut. Lha wong tiba2 ada tes, kalau gak lulus, ngulang, gak lulus ngulang, lha terus materi yang dipelajari lho gak ada... kalo pun lulus, mana tau jawaban yang salah mana, yang benar mana, yang salah seharusnya jwabannya apa.
untung dulu saya langsung lulus tes dg gemilang dg jawaban hasil tebak2kan, sesekali nyontek kanan nyontek kiri, SMS dikit-dikit.. (Pengalaman UJIAN NASIONAL ituh, Pak.. hoho)

PEraturan pun kadang ada yang berubah, namun kurang sosialisasinya..
Sekarang lampu motor harus nyala siang2, dulu kan nggak... Pernah saya nyalakan siang2, eh ketemu orang malah diingatkan

"REk.. rek.. sombong bener siang2 lampu dinyalain, matiin tuh mas.."
"Ya elu yang bego gak ngerti peraturan zaman skr!"
"Eh, emang peraturan dah ganti y mas?"
"Ya eyalah udah ganti!"
"ooo.. kalo gitu, judi togel juga udah dibolehin apa gak sih mas?"
"Kabarnya sih udah, coba tanya nenek moyang elu dulu"

Berarti masih banyak kan yang belum ngerti?
Belum lagi masih tidak ratanya peraturan di negeri ini. Lain tempat, lain juga sikap penegaknya. PologigidanguSi di sini, belum tentu sama dengan di kota sebelah.
Nanti kalo kita merasani POliteknikSipil, bakal ada yang bilang. OOoo.. itu oknum mas, bukan semuanya. Lha tapi kok semua oknum seperti itu? haha

Nah.. marilah sama-sama berubah.. Memperbaiki negeri yang sudah bejat ini..
Dari kesadaran masing2 penduduk itu sendiri, dari oknum itu sendiri. Ok




Smangad!
-dez-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar