Jumat, 27 Juli 2012

Kambing Jantang di Satu Kandang, Baikkah?

Bicara soal pemimpin, ketua, kepala, RT, presiden, gubernur, dan semacamnya tak luput dari masa reorganisasi atau pergantian pengurus. Pergantian pengurus wajib ada dalam organisasi. Dari organisasi kecil, sampai rumah tangga negara. Kecuali urusan rumah tangga keluarga, Sang Bapak mutlak sampai mati harus jadi pemimpin keluarga atau sampai istri kawin lari. haha. Andai ada istilah pemilu calon suami, bisa runyam dunia ini!

Pemilu, kata paling populer ketika pergantian kepemimpinan presiden dan pilkada. Pemilu menjadi bagian dari republik ini sejak reformasi sebagai wujud demokrasi langsung.

Pemilu seringkali terjadi sampai dua putaran, sebab adanya dua kubu yang sama-sama kuat. Seperti pemilu gubernur ibukota antara Jokowi dan Foke. Mereka sama-sama kuat, sama-sama bagus, sama-sama layak untuk menjadi gubernur ibukota. Tentu membuat sebagian masyakarat mungkin perlu semedi tujuh hari tujuh malam menentukan siapa yang akan dipilihnya.

Fenomena adu calon pemimpin antara dua kubu ini tidak hanya terjadi di pemilu. Dalam reorganisasi di mana pun sering mengalami situasi sulit untuk memilih antara dua "calon jongos" yang sama-sama kuat dan layak.

Ketika pemilihan usai, lantas timbul banyak pertanyaan: kok dia yang jadi, kenapa kok bukan dia? Padahal sama-sama kuat dan layak. Kemudian munculah ide terbaik yakni mendudukkan kedua kubu terbaik tersebut dalam sebuah oraganisasi.

Benar-benar fusion yang keren, seperti Songoku bergabung dengan Bezita dalam serial Dragon Ball lalu menjadi manusia terkuat sejagat. Atau seperti kebanyakan orang bilang: kalau bapaknya ngganteng, ibunya cantik, bisa jadi putri mereka jadi cinderella di kampusnya.

Namun, kadang kala orang yang sama-sama hebat tidak bisa bersama-sama menjalankan organisasi yang hebat. Coba anda campurkan antara rawon terenak dengan soto terenak. Rasanya malah jadi kacau. Begitu gurauan orang-orang surabaya yang dijelaskan dalam blog Pak Dahlan Iskan.

Mungkin satu pihak mempunyai visi dan ideologi yang berbeda dengan saingannya. Kalau dipaksakan duduk dalam satu tim, malah tidak bisa menggapai tujuan tim. Padahal sebuah tim menjadi hebat kalau semua orang di dalamnya punya visi sama. Kalau beda, malah bisa terpecah belah seperti kasus sepak bola di Indonesia.

Lalu kalau tidak dicampur, bagaimana nasib satu kubu hebat yang kebetulan kurang beruntung? Ya, jangan kawatir. Orang-orang yang benar-benar hebat akan tetap hebat walaupun kurang beruntung.
"Orang yang benar-benar hebat adalah mereka yang mementingkan peran melebihi jabatan." kata Pak Dahlan dalam blognya.
Benar kata beliau, yang terpenting adalah peran seseorang mengabdi pada timnya. Peran lebih dihargai daripada jabatan. Ketika orang terbuai dengan jabatan, lalu lupa dengan peran yang seharusnya, tak lama orang itu pun lengser juga. Bisa jadi, saingannya tadi yang mempunyai peran nyata, akan diangkat untuk menggantikan.

Ya, hidup di dunia ini hanya titipan. Jabatan juga titipan.Jabatan menurut saya hanyalah kendaraan untuk lebih meluaskan ladang ama dan berbuat baik. Pemimpin yang hebat akan berpikir: semakin tinggi jabatan, semakin lihai untuk beramal, bukan malah semakin lihai narsis depan kamera atau semakin terbukanya tambang uangnya.

Saya sendiri mumpung masih muda, berpesan pada diri sendiri: jangan sampai saya silau dengan jabatan. Berperanlah semaksimal mungkin dalam amanah yang sedang diemban.

Ada satu quote yang waktu itu sekilas saya baca di laptop teman saya, Ipul namanya. Bunyinya seperti ini:
"Bukan seberapa besar amanah yang kita emban, tapi seberapa besar tanggung jawab kita terhadap amanah yang kita pegang."
Demikian makna kepemimpinan yang bisa saya share lewat blog ini. Kini jangan kawatir lagi jika ada kambing jantan dalam satu kandang, kalau mereka tau peran masing-masing dan tidak lupa diri. hehe

SMANGAD!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar